Apakah Islam Itu Anti-Sains & Teknologi?

Apakah Islam Itu Anti-Sains & Teknologi?


Gw sendiri juga agak bingung yaa kok bisa sampai sekarang masih ada kesalahpaham bahwa Islam itu anti-sains & teknologi.


Nah maka dari itu di video kali ini Gw akan coba bantu clear-kan yaa bahwa dalam Islam itu yang namanya sains dan teknologi itu boleh-boleh saja, bagus-bagus saja. Ajaran Islam welcome-welcome saja kok dengan berbagai perkembangan teknologi dan sains. Bahkan ikut men-support, bahkan di beberapa kasus memang dibutuhkan, itu bisa sampai ke taraf wajib hukumnya .


Alasan #1: Sains & Teknologi Dibutuhkan untuk Membantu Menunaikan Kewajiban


Jadi sains itu bisa saja justru bukan sekadar boleh, tapi juga harus. Tapi juga wajib. Wajib itu yaa artinya bila dikerjakan berpahala, dan ditinggalkan berdosa.


Walaupun kewajibannya sifatnya kewajiban kolektif yaa. Fardhu kifayah istilahnya. Nggak mesti tiap individu Umat Islam belajar Sains, tapi paling nggak sebagian harus ada.


Kayak Biologi, Fisika, Kimia, Kedokteran, Teknik Sipil, Arsitektur, dan lain-lain. Itu harus ada.


Contohnya dulu Rasulullah men-support sahabat untuk belajar membuat Manjaniq dan Dabbabah, untuk keperluan jihad.


Sumber gambar: http://physicalworlds2.weebly.com/catapult-experiment.html


Sumber gambar: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Trebuchet.jpg


Maka nggak heran di generasi Islam berikutnya, ada Abbas Ibn Firnas yang mempelajari mesin penerbangan, ada Abu Al-Qasim Al-Zahrawi yang mempelajari alat bedah, Ibnu Al-Haitham yang mempelajari optik, dan lain-lain.


Yang lebih detailnya kalian bisa baca di buku ini. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. Kalau kalian mau beli dan baca, link-nya Gw cantumin di Deskripsi yaa.


Eh bukan yang ini....
Sumbar gambar: https://dailyspin.id/other-games/genshin-impact/demo-karakter-alhaitham-genshin-impact-telah-rilis-bannernya-wajib-gacha/

Sumber gambar: https://jogja.tribunnews.com/2018/05/24/alhazen-ilmuwan-muslim-pembuat-kamera-pertama-di-dunia

Sumber gambar: https://tirto.id/biografi-singkat-abu-al-qasim-al-zahrawi-penemuan-karyanya-glRK


Nggak ada tuh kan Umat Islam yang mengalami kayak yang dialami Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, dan lain-lain yand dihukum karena penemuannya.

Sumbar gambar: https://nationalgeographic.grid.id/read/132167317/ketika-galileo-berdiri-di-persidangan-untuk-membela-sains-lawan-teolog?page=all

Eh bukan yang ini juga..
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/622693085967240281/

Sumbar gambar: https://www.liputan6.com/global/read/2238218/24-5-1514-wafatnya-sang-penggugat-bumi-sebagai-pusat-semesta


Karena memang Islam men-support sains jika diperlukan. Untuk keperluan mengetahui waktu ibadah, pengelolaan sumber daya alam, mengatur jama'ah haji, mendirikan Masjid, mengurus tambang, keperluan jihad, pendidikan, qurban, dan lain-lain; itu pasti nggak lepas dari bantuan sains.


Karena memang dalam fiqih Islam itu, ada kaidah mâ lâ yatimmu al-wâjib illa bihi fahuwa wâjib. Hal-hal yang dibutuhkan untuk menunaikan suatu kewajiban, itu wajib juga pengadaannya.


Misalnya, sholat, perlu Masjid. Bersuci, berwudhu butuh air. Maka, mempelajari Ilmu Fisika, Kimia, dan lain-lain untuk bisa membangun Masjid tadi, untuk bisa mengalirkan air bersih tadi; itu wajib juga hukumnya. Agar dengan adanya Masjid, kita bisa menunaikan sholat yang wajib tadi. Agar dengan adanya air bersih yang mengalir kita bisa bersuci yang diperlukan tadi juga. 


Belum lagi kalau kita bahas soal kalau sholat harus menghadap kiblat. Itu pakai sains juga loh. Untuk mengetahui waktu sholat, kapan masuk waktu dzuhur, ashar, maghrib, dan seterusnya; itu perlu sains juga. Termasuk untuk melihat hilal di sekitar bulan Ramadhan, kan perlu teknologi juga.


Belum lagi kalau kita bahas jihad. Itu ada dalilnya. 


وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ

"Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah...". (TQS. Al-Anfal: 60)

Ini ayat tentang kemiliteran. Illat ayat ini kan menggentarkan musuh Allah. Jadi kalau untuk menggentarkan musuh Allah itu membutuhkan tank, pesawat tempur, bazoka, dan sebagainya; maka wajib juga negara kita mempelajari ilmu untuk memproduksinya, membangun industrinya, mempersiapkannya.


Masih banyak lagi sebetulnya contohnya. Cuman kalau terlalu banyak contohnya nanti videonya kepanjangan. Misalnya kalau kita bedah hadits kebersihan itu sebagian dari iman, itu nanti bisa nyambung loh ke strategi mitigasi & menangani sampah, limbah, dan polusi. Kayak sekarang kan masih ramai yaa polusi di Jabodetabek.


Termasuk nanti kalau kita bahas zakat, baitul maal, itu kan butuh software juga untuk keperluan administrasinya.


Dan lain-lain lah yaa. Soal pengobatan, sumber daya alam, pemberangkatan jama'ah haji, produksi mushaf al-qur'an dan kitab-kitab, woah banyak lah.


Nah itu kaidah mâ lâ yatimmu al-wâjib illa bihi fahuwa wâjib. Hal-hal yang diperlukan untuk menunaikan sesuatu yang wajib, maka hal-hal itu wajib juga.


Alasan #2: Hukum memanfaatkan benda itu mubah (boleh)

Kemudian alasan kedua, dalam Islam itu ada kaidah Al-Ashlu fil asy-ya al-ibâhah ma lam yarid dalillu at-tahriimi. Hukum asal suatu benda itu boleh/mubah, selama tidak ada dalil mengharamkannya. 


Sebagaimana firman Allah:

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (TQS. Al-Baqarah: 60)

Jadi sebenarnya kalau kita bicara benda-benda yang ada di dunia ini, mayoritas benda itu kebanyakan kan halal. Yang haram itu sedikit. Terutama kalau kita bicara raw material yaa. Misalnya air, besi, baja, plastik, daun, batu, kayu, dan lain-lain; itu kan halal. Yang haram paling anjing, babi, khamr, sebagian bangkai. Jadi lebih banyak yang halalnya daripada yang haramnya.


Maka ketika kita bicara teknologi, yang notabene itu kan merupakan benda; maka yaa boleh-boleh saja kita memanfaatkan benda-benda tersebut. Nggak ada masalah. 

Apalagi kalau kita pakai pendekatan hadharah dan madaniyah. Teknologi itu kan kategorinya termasuk madaniyah, bukan hadharah. Jadi boleh-boleh saja jika kita memanfaatkan smartphone, komputer, sistem operasi Windows, Mac, Android, iOS, mobil, pesawat, social media, youtube, dan lain-lain.


Alasan #3: Ilmu Sains Itu Bebas Nilai

Selain itu kita juga bisa pakai pendekatan pembahasan ilmu sains versus tsaqafah. Jadi yang namanya pengetahuan itu terbagi dua. Ada yang terkategori ilmu sains, dan ada yang terkategori tsaqafah.


Ilmu sains itu, pengetahuan yang diperoleh melalui metode observasi, eksperimen, dan penarikan kesimpulan dari fakta empiris. Biasanya terhadap materi, benda-benda. Contohnya kayak fisika, kimia, Biologi. Biasanya teknis.


Kalau tsaqafah itu, pengetahuan yang diperoleh melalui metode pemberitahuan (al-ikhbâr), penyampaian transmisional (ar-talaqqi), dan penyimpulan dari pemikiran (istinbâth). Contohnya kayak Sejarah, Bahasa, Hukum, Filsafat, dan segala pengetahuan non-eksperimental lainnya. Biasanya non-teknis, dan kadang filosofis, berupa life value.


Nah yang mesti agak hati-hati & bisa jadi bertentangan dengan Islam itu, yang tsaqafah ini nih. Termasuk berbagai macam isme-isme kayak kapitalisme, sosialisme, sekulerisme, feminisme, antroposentrisme, dan lain-lain; nah ini yang mesti hati-hati. Nggak bisa sembarang kita ambil dan adopsi.


Tapi untuk sains, kan bebas nilai. Gaya gravitasi Bumi mau yang nemuin orang Muslim atau non-muslim, tidak mengubah realita gaya gravitasi Bumi itu. Yaa tetep gitu-gitu aja kan. 


---

Terus kok bisa muncul salah paham seolah Islam itu anti-sains dan semacamnya?


Terus kok bisa muncul salah paham seolah Islam itu anti-sains dan semacamnya, bisa jadi karena 2 hal:

Pertama, ada semacam salah paham berupa generalisasi oleh pihak-pihak tertentu. Terutama di Barat. Jadi di Barat itu dulu mereka pernah mengalami pengalaman traumatik. Ketika mereka mengembang ilmu pengetahuan alam, sains, mereka malah dilarang oleh kaum agamawan waktu itu. Bentuk larangannya bukan cuman berupa teguran, tapi juga sampai dihukum dengan siksaan fisik, bahkan dengan hukuman mati.

Karena hal itu mereka menjadi trauma dengan agama, dan berusaha untuk melawan agama. Tapi sayangnya mereka salah paham. Coba dicek agama yang ada di sana waktu itu agama apa dulu? Agama Islam apa bukan? Ternyata bukan kan. Jadi kayak salah server sih. Menggeneralisir lah lebih tepatnya. Atau kurang cermat lah. Yang pelaku siapa, yang dituduh siapa.


Kemudian penyebab kedua, karena memang semakin ke sini itu, taraf berpikir Umat Islam itu semakin merosot jika dibandingkan berabad-abad yang lalu. Salah satu indikasinya, jumlah mujtahid-nya itu semakin sedikit, semakin langka. Mujtahid itu artinya orang yang berijtihad. Ijtihad itu sedikit mirip kayak fatwa, tapi lebih tinggi lagi levelnya. Mungkin kapan-kapan kita bahas yaa soal ijtihad ini lebih mendalam di video lain.


Nah ketika banyak Umat Islam yang merosot taraf berpikirnya, nggak mampu berijtihad, maka mereka tidak bisa memberikan kejelasan sikap ketika menghadapi teknologi-teknologi baru yang muncul di zaman modern ini. Apakah teknologi-teknologi itu halal atau haram. Apalagi yang memproduksi orang kafir misalnya. Jadi dianggap kalau pakai teknologi buatan orang kafir itu haram karena menyerupai orang kafir. Nah ini karena gak mampu berijtihad, karena malas mikir jadi yang gampang yaudah diharam-haramkan aja semuanya. Atau minimal dianggap nggak penting. Sampai ada yang bilang nanti di Kuburan dan di Akhirat kita nggak ditanya soal Al-Jabar, Trigonometri, tapi yang ditanya man rabbuka.

Nah  maka gw menduga kuat, orang-orang yang model-model begini, yang sembarang mengharamkan teknologi, atau menganggap teknologi itu nggak penting, itu dugaan kuat Gw yaa, itu dia tidak punya kapasitas untuk berijtihad. Nggak pernah atau jarang belajar ilmu-ilmu untuk berijtihad. termasuk jangan-jangan belum belajar ushul fiqih. 


Karena salah satu ciri khas Islam dalam troubleshooting itu, yaa dengan ijtihad, termasuk dengan ushul fiqih. Termasuk ketika bingung menghadapi teknologi, itu tinggal tempuh aja jalan ijtihad, insyaAllah clear kok. Kalau menempuh jalan ijtihad, mestinya dia akan ketemu surat Al-Anfal ayat 60 yang tadi kita bahas, surat Al-Baqarah ayat 29 juga, kaidah-kaidah syara', dan lain-lain yang udah kita bahas banyak.

So, kesimpulannya, berarti sudah cukup jelas yaa. Kesimpulannya, apakah Islam itu  anti-sains & teknologi, tentu tidak sama sekali. Dalam Islam, sains dan teknologi itu pada dasarnya boleh-boleh saja. Alias mubah, alias halal. Bahkan di beberapa kasus, justru fardhu kifayah untuk dipelajari dan dimanfaatkan.

Okey itu aja untuk video kali ini. Sorry-sorry kalau Gw ada salah-salah kata. InsyaAllah kita ketemu lagi di video berikutnya. Babai.

Referensi:






Posting Komentar

0 Komentar