🗣 "Brave Voyager Itu Bukan Pakar, Gak Usah Didengerin, Sok Ngomongin Ini-Itu Berbagai Macam Topik"

Tergantung Anda aja sih memposisikan saya & memposisikan konten ini sebagai apa.

Kalau secara tersurat faktanya saya tidak pernah mengklaim saya pakar ini-itu, saya tidak pernah mengatakan ini kegiatan belajar-mengajar, saya tidak pernah mengatakan ini kuliah, dsb.

Redaksi pemilihan kata yang sering saya pakai adalah "sharing"/"share".

Kalau sekadar sharing saya kira tidak apa. Selama inti pesannya benar, tidak salah, tidak menyesatkan, bisa dipertanggungjawabkan, & jelas pula sumbernya.

Analoginya, sebagaimana Anda misalnya pernah didiagnosa oleh dokter bahwa Anda mengalami suatu penyakit. Lalu dokter tersebut memberikan treatment resep obat, gaya hidup praktis tertentu, dsb. Lalu di lain waktu ketika suatu waktu Anda lagi nongkrong sama saudara/temen Anda, kemudian ternyata saudara/temen Anda sedang menderita penyakit yang sama dengan yang pernah Anda alami, apakah Anda tidak boleh men-share insight-insight yang didapat dari dokter dulu waktu Anda berobat? Diem aja gitu, nggak usah di-share? Yaa boleh aja kan? Selama kita memposisikan konteks pembicarannya sebagai sharing insight & sharing pengalaman saja, bukan sedang mengaku-ngaku sebagai dokter, buka praktek & menerima pasien. Plus selama disertai disclaimer ada kemungkinan apa yang dialami orang tersebut berbeda. 

Begitu pula di contoh-contoh lain, misalnya Anda pernah dapat insight dari pakar ekonomi, pakar nuklir, pakar hadits, yaa boleh saja kita share ulang insight-insight yang kita dapat dari pakar-pakar tersebut. Meskipun posisinya kompetensi kita misalnya lebih ke di bidang akuntansi/teknik mesin/arsitektur, yaa gak masalah kita ngomong ekonomi, nuklir, hadits dalam konteks share insight yang pernah kita dapat. Selama proporsional (proporsional: jelas sumbernya, jelas konteksnya, tidak terdistorsi, tidak mengimplikasikan kewajiban adobsi, dsb).

Dan di sisi lain, saya kerap menyampaikan kok sumber dari apa yang saya sampaikan itu dari mana & dari siapa. Misalnya saya kerap mereferensikan buku-buku tertentu & kelas tertentu (nah kalau kelas ini yang bahas biasanya pakar) untuk pembahasan lebih mendalam. Karena yang saya bahas di durasi video saya yang di bawah 10 menit, belasan menit, atau maksimal kurang-lebih 20 menit; tentu tidak bisa dikatakan cukup mendalam jika dibandingkan dengan durasi baca buku ataupun durasi kelas.

Btw kayaknya (tapi semoga aja nggak) gaya-gaya komentar seperti ini biasanya dilontarkan oleh pihak yang kontra namun melakukan ad hominem, alih-alih membantah kekeliruan saya di sebelah mana. Padahal kalau memang tidak setuju, karena saya ada salah, atau argumen saya lemah, yaa atau ada data yang tidak akurat, atau ada fakta yang tidak tepat; yaa tinggal disebutkan saja di bagian mana yang salah, dikoreksi yang benar seperti apa, argumen yang lebih kuat seperti apa, data yang akurat seperti apa, yang lebih faktual bagaimana.





Posting Komentar

0 Komentar