4 Tombol Berbahaya, yang Bisa Memecahkan Hubungan Anda dengan Pasangan

ebiasaan-membuat-hubungan-pasangan-suami-istri-bahaya-rusak-kacau-goyah-cerai

Siapa bilang tidak ada alat yang bisa memeberikan notifikasi, bahwa hubungan Anda tengah goyah? Karena setiap kejadian itu pasti terjadi karena ada suatu sebab tertentu. Nah, kita bisa coba memprediksi hubungan yang tengah goyang, sebab-sebab terentu.

Biasanya, tak jarang pula banyak hubungan sepasang kekasih yang bermasalah, karena tidak mengenal apa saja tombol-tombol yang bisa membahayakan hubungan mereka. Contohnya, cerita seorang suami yang berprasangka merasa tidak dihargai istrinya. Jadinya sang suami lebih sering di Kantor, daripada di Rumah. Kemudian akhirnya pun istrinya merasa kesepian. Dan.. yaah.. berikutnya terjadilah hal-hal yang tak diinginkan..

Itulah akibat mengambil keputusan dari prasangka, yang serba tak pasti, dan kerap menambah-nambahkan apa-apa yang tak ada faktanya.. Harusnya, ngambil keputusannya dari apa-apa fakta yang memang terindra. Nah, makanya, penting bagi Anda untuk mengetahui 4 tombol berbahaya ini, supaya Anda bisa berwas-was bila tombol ini semakin dekat dengan Anda.

1. Anda Mengkritik Buta

Kritik buta, adalah hal yang memang selama ini ampuh meretakkan hubungan sepasang kekasih. Karena itu artinya Anda merendahkan seseorang yang padahal dia sangat menganggap Anda tinggi. Daripada mengkritik buta, mendingan berikan pertanyaan, yang bisa membuat dia mengatakan penyataan yang Anda inginkan.

Contoh, daripada ngatain, "Kamu ini, nggak pernah cuci piring!" mending bilang, "Yang, Kamu nggak apa-apa, kalau ada piring-piring berantakan gitu? Abang sih nggak apa-apa.. Tapi abang khawatir kalau Kamu merasa terganggu.. Gimana nih yah supaya Kamu bisa tetep nyaman? Karena kalau Kamu merasa nggak nyaman, Abang juga jadi merasa nggak nyaman.. karena piring-piring yang berantakan ini.."

Isn't great? Hehehe!

2. Anda Menyindir

Sindirian itu juga cara lain merendahkan dan tidak menghargai. Prakteknya bisa berupa diem nggak menanggapi kata-katanya, memanggilnya dengan panggilan yang nggak bagus, dan sebagainya.

Selama ini, kerap terjadi peceraian pada suami-istri, karena diawali dengan sebuah sindirian. Makanya, buanglah dari pikiran Anda, kalau Anda berpendapat, sindirian itu bisa membuat pasangan Anda jadi sadar akan kesalahannya, dan menjadi seperti apa yang Anda inginkan. Padahal, belum tentu juga dia yang salah.

Pasangan yang baik, pasti tidak suka berpikiran yang negatif kepada pasangannya. Kalau nampak kayaknya ada yang negatif, tanya dulu, "samakan isi kepala dulu", biar nggak terjadi salah paham apa-apa. Kalau "isi kepala udah sama", kan enak komunikasinya. Jadinya jelas, enak kalau ada objek yang bisa didiskusiin dan diberesin. Kalau nggak ada objeknya, apanya yang mau didiskusiin? Yah jadinya ngayal. Ngomongnya "kayaknya" melulu..

3. Anda Defensif

Defensif, artinya kan melindungi diri Anda dari serangan. Otomatis, kalau ada sebuah serangan, orang lain juga bakal ikut melindungi dirinya. Contohnya itu, Anda mengganti topik pembicaraan, ketika kesalahan Anda sedang ditegur.

Pasangan yang sehat, selalu kepingin suasana mereka bahagia. Apapun dilakukan, supaya bisa bahagia. Termasuk, ngaku salah, dan memperbaiki kesalahan tersebut. Kalau ngaku salah aja nggak mau, demi terciptanya suasa bahagia, lah, sebenarnya tujuan terbesar Anda apa? Apa Anda punya cita-cita pingin hidup di Goa sendirian?

4. Anda Diem Seribu Bahasa

Diem seribu bahasa ini biasa dilakukan karena udah males banget ngomong, karena ada keyakinan bahwa kalau ngomong, malah bikin tambah sebel dan pusing. Prakteknya bukan cuman dengan diam saja, bisa jadi juga lama di luar Rumah, bahkan minggat keluar Rumah.

Sekiranya Anda beriman pada hari Akhir yang dikabarkan oleh Allah, berarti Anda telah membuktikan beradaan Allah dan kebenaran wahyuNya. Nah, kalau Anda sudah pernah berpikir objektif dulu, maka sekarang pun Anda bisa berpikir objektif dalam hubungan ini! Nggak perlu terlalu berlarut-larut mikirin apa yang nggak perlu dipikirin, yang ada malah merugikan.

Cobalah Anda berpikir lebih objektif, apa yang salah, katakan salah, apa yang benar, katakan benar. Tanpa ada campurtangan ego, yang suka membulak-balik salah dan benar. Kalau sudah objektif begitu, kan enak, kebenaranlah yang akan didapat.




Posting Komentar

0 Komentar