Tutorial Berpikir

Untuk bisa berpikir, syaratnya perlu ada 4 komponen. Yaitu:

  1. Harus ada fakta.
  2. Harus ada indera.
  3. Harus ada otak.
  4. Harus ada informasi terdahulu, yang tersimpan di memori otak.

1. Harus Ada fakta

Pertama, yaa harus ada fakta. Fakta itu yaa semua hal yang ada di sekeliling kita. Bisa berupa benda-benda, aktivitas- aktivitas, kejadian-kejadian. Misalnya: ini ada HP, ada tissue, ada pensil, ada buku, ada lampu, di sana ada si Budi dia lagi makan, di situ ada si Anto lagi tidur, di luar cuacanya cerah mataharinya terik, dan lain-lain.


Nah itu semua fakta.

Jadi itu yang pertama, harus ada fakta, agar kita bisa berikir. Tanpa ada fakta, yaa kita nggak bisa berfikir.

2. Harus Ada Indera

Kemudian komponen yang kedua, harus ada indera. Atau, lebih tepatnya, indera yang sehat. Yang berfungsi normal. Yaitu:
  • Mata untuk melihat
  • Telinga untuk mendengar
  • Hidung untuk menghirup
  • Lidah untuk merasa (mengecap)
  • Dan kulit untuk meraba

Kalau inderanya nggak ada, atau nggak normal, atau nggak sehat, maka dia akan sulit untuk berfikir.
Misalnya, mohon maaf yaa, kalau ada orang yang dia itu cacat, tunanetra, tunarungu, nah itu akan kesulitan diajak berpikir.

Misalnya kita ajak ngobrol, "Langitnya mendung yaa." Nah itu kalau misalnya dari lahir dia nggak tahu gimana gambaran langit yang mendung, yang cerah, itu yaa sulit dia mencerna faktanya.


Maka agar bisa berpikir, harus ada indera, dan harus normal, yang sehat, yang optimal fungsi inderanya.

3. Harus Ada Otak


Kemudian komponen yang ketiga, harus ada otak. Nah ini jelas yaa. Karena otak ini kan semacam hardware-nya yaa. Dia yang mengoperasikan proses input dan output.

Walaupun mungkin lebih tepatnya bukan harus ada otak sih, tapi harus ada otak yang bekerja dengan normal. Yang sehat. Sehingga bisa berfungsi dengan baik dan optimal.

Karena kalau misalnya, mohon maaf lagi yaa, kayak tadi ada orang yang cacat, yaa itu otaknya ada kan, tapi nggak berfungsi dengan normal dan optimal. Kalau seperti itu, yaa dia akan kesulitan berpikir. Ada yang penyebabnya ntah karena dia itu pernah cedera, kecelakaan, kurang nutrisi, dan lain-lain.

Selain itu juga mungkin kalau ada yang lahir prematur, atau mungkin juga stunting, atau mempunyai keterbelakangan mental, itu bisa termasuk juga yang fungsi otaknya nggak optimal, sehingga susah berpikir bahkan nggak bisa berpikir.

Ada juga di kasus kalau dia mabuk setelah minum miras, itu juga akan kesulitan berpikir.


Nah jadi itu komponen yang ketiga, syaratnya harus ada otak yang sehat yaa.

4. Harus Ada Informasi Terdahulu

Nah kemudian komponen keempat, yaitu harus ada informasi terdahulu. Atau istilah lainnya, previous information, atau ma'lumat ats-tsabiqah. Yang tersimpan di memori otak kita.


Informasi sebelumnya ini berfungsi untuk memahami fakta yang sudah kita indera sebelumnya. Atau bisa juga menilai, atau menjustifikasi, atau menjelaskan, atau menafsirkan.

Itu semua pasti pakai informasi terdahulu yang tersimpan di memori otak kita.

Kalau nggak ada informasi terdahulu, yaa kita nggak bisa memahami atau menilai fakta yang udah kita indera. 

Misalnya kayak Tarzan gitu, dia tinggal di Hutan sejak bayi.


Kalau selama hidupnya di Hutan, dia nggak pernah lihat smartphone, maka ketika dia ketemu smartphone, yaa dia nggak bisa membahas smartphone itu apa.

Contoh lain, kalau ada orang yang ngomong pakai bahasa asing (Bahasa Inggris, Mandarin, Arab, Jepang, Korea, dll) sementara kita nggak bisa bahasa asing itu, pasti kita nggak akan ngerti maksud omongan orang itu apa.

Karena yaa kita nggak punya informasi terdahulu terkait kosa kata-kosa kata bahasa asing itu.
Coba aja nonton film Luar Negeri, di Netflix gitu misalnya, tapi jangan diaktifkan subtitle terjemahan bahasa Indonesia. Yaa susah ngikutinnya kan.


Termasuk Gw kan orang Medan aslinya, pas baru pertama kali ke Aceh, Bandung, Jogja, Semarang, Gw diajak ngomong pakai bahasa daerah gitu, nggak ngerti Gw. "Ha? Apa?" Yaa karena Gw nggak punya informasi terdahulu terkait kosa kata bahasa Aceh, bahasa Jawa, & bahasa Sunda.

Nah maka, setelah kita mengetahui 4 komponen yang harus ada agar bisa berpikir, berarti bisa kita simpulkan bahwa, yang disebut berpikir itu adalah:
  • Penginderaan fakta melalui panca indera.
  • Kemudian mentransfer gambaran fakta itu ke otak.
  • Lalu gambaran fakta itu dihubungkan dengan informasi terdahulu yang tersimpan di memori otak.
  • Kemudian dengan menggunakan informasi terdahulu itu kita bisa memahami, menilai, menjastifikasi, menjelaskan, dan menafsirkan fakta yang kita indera tadi itu.

Yaa kalau dibuat versi singkatnya, berpikir itu adalah upaya menilai suatu fakta. Menilai suatu fakta gitu lah.

Nah jadi ini lah, yang disebut berpikir. Setiap makhluk yang punya kemampuan seperti ini yang disebut punya akal.

Justifikasi terhadap fakta itu yang disebut pemikiran.

Simulasi Berpikir

Sekarang kita coba masuk ke contoh berfikir. Kita simulasiin.

Misalnya, ini ada fakta benda. Ini kan fakta ini kan yaa.


Kemudian kita gunakan panca indera kita.


Kita raba nih benda ini. Terus, kita lihat nih dengan mata. Terus, kita hirup nih dengan hidung. Bahkan sampai kita cicipi nih.

Kemudian setelah kita indera, hasil penginderaan itu dikonekin ke otak, untuk dikonekin lagi ke informasi terdahulu yang ada di otak kita.


Kemudian muncullah berbagai informasi terdahulu untuk menilai fakta ini:

"Ooh ini bentuknya begini, warnanya coklat, aromanya enak. Ini namanya roti! Enak banget ini!"

"Harganya roti ini kemarin dibeli Rp 7.000. Bisa dibeli di Minimarket. Ini halal. Kalau mau dimakan silahkan, tapi hati-hati ini karbohidratnya 24 gram, gulanya 8 gram, kalau dimakan 5 potong itu udah 40 gram, sementara rekomendasi Kemenkes konsumsi gula harian kita maksimal 50 gram, kalau standar WHO malah 25 gram, atau kadang tergantung tiap individu yaa beda-beda kan kondisi tubuhnya... nah maka kalau mau dimakan ini roti, silahkan, karena roti ini halal, rasanya enak, aromanya nikmat, tapi sebaiknya dibatasi per hari jangan berlebihan. Dan seterusnya.."


Nah jadi seperti itu yang disebutlah dengan berpikir, atau akal.

Kita mengindera fakta, lalu kita menjastifikasi fakta tersebut berdasarkan informasi terdahulu di otak kita.


Yang notabene akal dan kemampuan berpikir ini cuma dimiliki oleh manusia. Kalau hewan, nggak punya akal, nggak bisa berpikir begini.

Makanya selama kita bisa berpikir, kita bisa memilih sikap seperti apa yang kita lakukan terhadap suatu fakta.


Misal, ketika kita udah punya pengetahuan di memori otak kita bahwa "Korupsi itu buruk. Nggak boleh", tentu ketika kita dihadapkan ada fakta peluang untuk melakukan korupsi, maka akan auto-connect ke otak kita yang sudah paham "Korupsi itu buruk. Nggak boleh" untuk dijastifikasikan ke fakta peluang korupsi itu.

Nah dari sini bisa juga diambil banyak pelajaran.

Misalnya, pentingnya kita mendalami fakta sebelum kita mengomentari sesuatu. Kalau kita tahu khamr itu haram, tapi ketemunya etanol, metanol, isopropil alkohol, dll. Maka kita harus dalami dulu fakta etanol dsb itu, apakah sesuai dengan makna khamr yang tersimpan di memori otak kita.

Terus, pelajaran berikutnya, berarti penting kan kita untuk menuntut ilmu, dan mengajak orang lain juga agar mau menuntut ilmu.

Karena, ilmu yang kemudian menjadi informasi terdahulu yang tersimpan di memori otak itu bakal menentukan banget sikap dan kepribadian seseorang itu jadi gimana.

Termasuk itulah pentingnya adanya dakwah, dan pentingnya mewaspadai 'perang pemikiran'.


Dan lain-lain, masih banyak pelajaran lainnya.




Posting Komentar

0 Komentar