OPEN MIND ITU HANYA ILUSI?

Gua awalnya setuju-setuju aja bahkan sangat mendukung & mengajak untuk menjadi open-mind.

Karena open-mind itu kan membuka peluang solusii dari berbagai masalah yang ada. Bisa jadi masalah kita ada yang nggak clear-clear, karena kita udah menutup diri gitu. Ibarat kata kayak katak dalam tempurung gitu.

Sebenarnya sampai sekarang tetep bisa jadi setuju-setuju aja. Cuman memang setuju atau nggak setujunya itu, tergantung dari apa definisi open-mind itu sendiri.

Karena ketika gua membaca beberapa literatur tentang definisi open-mind. Memang ada beberapa versi. Nah setidaknya gua ambil 2 versi aja nih yaa. Ini gua coba paparkan dulu masing-masing versinya, kemudian nanti guasampaikan gua setujunya dengan versi yang mana, dan tidak setujunya dengan versi yang mana.

Jadi definisi open-mind versi pertama itu gini.

Open-Mind itu artinya, kita itu simple-nya mau ngedengerin orang dulu mau memahami orang dulu.

Bahkan meskipun kita berkorban waktu. Bahkan di beberapa kasus yaa berkorban tenaga & uang. Kayak misalnya, beli buku yang bahas soal ideologi kiri, feminisme, urgensi sekulerisme. Okey, kita ngedengerin itu mau, dan okey-okey saja, selama yaa itu tadi yaa, sumber dayanya memungkinkan. Ada waktunya, ada tenaganya, bahkan kadang ada uangnya. Nggak apa-apa, kalau ada rekomendasi link artikel atau video yang perlu kita pahami, boleh di-share aja, nanti kita pelajari, kita baca, kita simak pelan-pelan.

Nah, tapi, sebatas memahami dulu aja yaa. Soal setuju atau nggak setuju, itu nomor 2. Jadi sekadar memahami dulu aja tanpa judge. Kalau mau nge-judge, boleh, tapi nanti, setelah sudah clear paham dulu faktanya.

Kalau ibarat Rumah nih, okey, orang lain itu boleh ngelihat dari luar gitu, kita buka pintu Rumah kita atau kita buka jendela kita, tapi, kalau soal mengizinkan dia masuk atau nggak, yaa itu terserah kita. Bahkan kalau mau masuk sebentar yaa okey silahkan, tapi persoalan apakah ketika sudah masuk wajib jadi tinggal di Rumah itu, yaa bisa jadi iya, tapi bisa jadi juga nggak. Setelah masuk keluar lagi juga boleh.

Nah kalau definisi opend-mind itu yang seperti itu, okey gua cukup setuju.

Karena memang gua juga diajari, bahwa sebelum nge-judge sesuatu itu, yaa dalami dulu faktanya. Jangan langsung bilang ini salah, ini ga bagus, kayak doktrin/dogma gitu. Justru dengan kita mendalami fakta itu sampai clear, aktivitas judge berikutnya menjadi akurat. Ibarat pengadilan itu kan, dijatuhkan hukuman apa, pasti digali dulu fakta perbuatan terdakwanya gitu kan (cek definisi terdakwa).

Nah itu definisi open-mind yang pertama. Jadi simple-nya itu, yaa kita terbuka untuk memahami, mendengarkan, terlepas nanti setuju atau nggak setuju. Setelah paham, setuju boleh, nggak setuju juga boleh.

Nah, kemudian definisi open-mind yang kedua, ini nih yang to-the-point, gua kurang setuju.

Kalau definisi yang kedua ini, opend-mind itu, lebih ke terbuka, dan membiarkan semua segala macam masuk. Jadi ketika kita dituntut menjadi open-mind yang definisi kedua ini, kita itu seolah bukan sekadar memahami, tapi juga harus setuju, harus mengambil, harus mengadopsi. Jadi memahami kemudian setuju itu satu paket.

Nah yang seperti ini gua yang tidak setuju.

Karena di banyak kasus, akan sulit diterapkan, jika kita mengadopsi semua hal, maka akan ada hal-hal tertentu yang kontradiktif. Misalnya ideologi sosialisme & kapitalisme aja, itu kan susah kalau dua-duanya mau diadopsi. Apalagi kalau mau sekalian Islam juga diadopsi. Nanti jadinya yaa akan seperti (dalam tanda kutip) pengkhianat.

Bisa aja temen-temen yang kalangan sosialisme misalnya, menganggap menyimpang kalau sosialisme dicamput kapitalisme, dan islam.

Konsekuensinya, akan ada sebagian ajaran-ajaran di ideologi itu, yang wajib tapi tidak diterapkan, dan yang terlarang tapi kok dilakukan.

Mungkin definisi open-mind yang kedua ini masih okey kalau untuk pengetahuan yang sifatnya strategik, taktik, teknis. Ibarat jurus-jurus marketing misalnya. Yaa bisa aja kita adopsi berbagai jurus. Digunakan sesuai keperluan. Kalau lagi menghadapi situasi gini, oh pakai jurus A misalnya. Kalau situasinya gini, oh pakai jurus B. Yaa kayak game juga lah yaa. Kita simpan misalnya berbagai karakter, weapon, skill. Dipakai seperlunya gitu kan. Misalnya kalau musuhnya elemen api, kita bawa penyerang yang elemen es atau air. Kalau ada musuh yang damage-nya gila, kita pakai tank & taunt misalnya.

Nah kalau di hal-hal yang teknis, strategis, taktis, mungkin masih bisa. Tapi kalau di tataran yang filosofis, itu sulit dicampuradukkan.

Bahkan di tataran ideologi, yaa nggak bisa sih semuanya dicampuradukkan gitu.

Kalau ibarat Rumah tadi, definisi opend mind versi yang kedua ini, yaa pintu & jendela dibiarkan terbuka, orang semua bisa masuk & tinggal di Rumah itu.

Nah kalau definisi opend itu yang kedua ini, ini gua nggak setuju. Terutama untuk hal-hal yang sifatnya filosofis & ideologis, kita yaa harus stand for it.

Tapi kalau di tataran strategi, taktik, bahkan teknis, yaa bisa lah diatur kadang.

Nah jadi seperti itu yaa, soal open mind.

Walaupun kalau gua pribadi, sebenarnya jarang bahkan hampir nggak pernah pakai istilah open-mind. Palaing di beberapa kasus, kalau konteksnya untuk mengajak orang agar pikirannya terbuka agar bisa melihat peluang, melihat opsi lain, nggak kayak katak dalam tempurung itu, paling gua lebih sering pakai istilah curiousity, dan growth mindset, dan lebih ke kita itu harus fokus ke apa yang bisa membuat kita mencapai goal kita. Jadi gitu aja. Selama ini gua nggak pakai istilah open-mind juga gak ada masalah.

Meski gua mempraktekkan & mengajak sebagian hal-hal ada yang di konsep open mind, yang esensinya itu juga ada di istilah lain. Kayak itu tadi yaa, curiousity, growth mindset, dan fokus cari cara agar menuju goal. Terutama yang fokus cari hal-hal yang bisa bantu kita menuju goal ini yang penting nih. Karena yaa ngapain kita ngabisin waktu buat hal-hal yang ga ada hubungannya dengan goal kita.

Apalagi ngabisin waktunya banyak banget. Kadang itu bisa jadi distraksi juga.

Jadi bahas & lakukan yang sesuai keperluan aja. Selama itu bisa mendekatkan kita pada big goal kita, yaudah itu aja yang difokusin, ngapain mau terdistraksi dengan pembahasan yang macem-macem terlalu lalurt. Iya nggak?





Posting Komentar

0 Komentar