Mitos Demokrasi

Katannya, rakyat berkuasa & bebas untuk memiliih calon pemimpinnya.

Faktanya, rakyat hanya memilih pilihan yang sudah dipilihkan oleh para oligarki, yaa termasuk parpol dan kapitalis.


Katanya, suara rakyat itu suara Tuhan. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Faktanya, sering dari konglomerat, oleh konglomerat, untuk konglomerat. Rakyat seolah menjadi stempel melegalkan pilihan oligarki. UU Omnibus Law yang ditolak oleh berbagai kalangan, tetep harus di-goal-kan. UU bisa dipesan.







Bahkan suara Tuhan aja tak dianggap prioritas utama, bahkan sering dipinggirkan.

Katanya kita bebas berpendapat.

Faktanya, hanya bebas berpendapat kalau pendapatnya sama sedang pihak yang berkuasa. Apalagi jika kita menyuarakan ajaran Islam terkait politik, dituding radikal, bahkan dituding teroris padahal nggak ada kekerasan sama sekali.







Katanya di Demokrasi itu ada check and balance.

Faktanya, banyak kelompok yang kalau begitu, malah di-bully buzzeRp yang diduga timnya penguasa. Bahkan banyak ormas & parpol yang kalah di pemilu, merapat ke penguasa agar dapat jatah kekuasaan atau proyek.

Kelompok & tokoh yang nggak sejalan, di-bully, dikriminalisasi, dibubarkan, diancam, dibungkam.




Posting Komentar

0 Komentar