- Masuk PTN favorit
- Kelar skripsi
- Wisuda
- Punya penghasilan
- Nikah
- Punya anak
- Cicilan lunas
- Punya Rumah
- Punya mobil
- Makan makanan enak
- Beli barang baru lainnya.
Ini namanya KEPUASAN, bukan kebahagiaan.
Memang sih, wajib disyukuri, baru jadi bahagia.
Tapi, jangan asal-asal menafsirkan kata “syukur”.
Kalau menurut Imam Ibnu Qayiim.
الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة
“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244).
Coba perhatikan, ada 3 poin penting di sini.
- Dengan lisan.
- Dengan hati.
- Dengan perbuatan taqwa.
Nah, yang nomor 3 itu jangan lupa. Kadang ini yang kelewat. Bilang “alhamdulillah” doang, tapi perbuatannya belum menunjukkan syukur.
Atau, bentuk perbuatannya direduksi hanya sekadar “traktir makan”.
Meski bukan berarti itu nggak bagus yaa. Bagus-bagus aja. Cuman, “traktir makan” itu bukan prioritas utama. Karena statusnya sunnah.
Setidaknya itu bagi kebanyakan orang.
Karena, sebetulnya yang lebih tepat bentuk “perbuatan” bukti syukur itu bukan sekadar traktir makan, tapi:
- Yang sholatnya masih bolong-bolong atau belum bagus, perbaikilah.
- Yang belum menutup aurat, tutuplah.
- Yang masih pacaran, putuslah atau menikah.
- Yang masih bertransaksi ribawi, hentikanlah.
- Yang masih malas belajar Islam, belajarlah.
- Dan sebagainya…
Intinnya, yah taqwa. Jalankan kewajiban-kewajiban yang belum dijalankan, dan tinggalkan keharaman-keharaman yang masih jalan.
Yang wajib-wajib itu lebih prioritas.
Ini, bentuk syukur berupa taqwa yang barangkali kelewat.
Maka dari itu, tidak heran, banyak ulama yang menjelaskan definisi bahagia adalah, kurang-lebih, tatkala kita mendapatkan ridha Allah.
Sebagaimana misalnya, salah satunya, definisi bahagia menurut Syaikh Taqiyuddin anNabhani adalah: “Arti kebahagiaan dalam pandangan aqidah Islam adalah, mendapatkan ridha Allah Swt.”
Nah, di siniah relevansinya antara:
- Bahagia
- Syukur
- Taqwa
Wallahua’lam.
The post Bisa Jadi Anda Cuma “PUAS”, Bukan “BAHAGIA”! Ini Bedanya appeared first on TeknikHidup.com.
from WordPress http://bit.ly/2VeA1qz
via IFTTT
0 Komentar