Ada orang yang beranggapan, bahwa konten-konten di akun social media seseorang itu mencerminkan 100% dirinya.
Ada juga orang yang beranggapan, konten-konten di akun social media seseorang itu tidak mencerminkan dirinya yang sebenarnya. Nyaris 0%. Maka baiknya lihatlah fakta dirinya di dunia nyata.
Kalau pendapat saya pribadi, kedua pendapat tersebut bisa sama-sama benar , bisa juga sama-sama kurang tepat.
Jika kita perhatikan fakta kenalan-kenalan kita, maka ada beberapa macam faktanya:
- Ada orang yang memang betul konten-kontennya di akun social medianya itu mencerminkan 100% dirinya di dunia nyata.
- Ada orang yang memang betul ternyata dirinya di dunia nyata malah justru nyaris 100% berbeda dengan konten-konten di akun social medianya. Terkesan justru sebaliknya. Sarat akan ‘pencitraan’.
- Ada orang yang memang konten-konten di akun social medianya mencerminkan 50% dirinya di dunia nyata. Tapi ternyata ada hal-hal di dunia nyata yang tidak tergambarkan di akun social medianya. Atau ada juga kasus ternyata justru sebagian hal-hal di dunia nyata yang bertentangan dengan konten-konten di akun social medianya.
- Ada yang agak mirip seperti di atas jenisnya, tapi akun social medianya lumayan mencerminkan 70% dari fakta dirinya di dunia nyata. Tapi ternyata kita baru tahu ada sedikit sih sekitar 30% hal-hal pada dirinya di dunia nyata yang tak tergambar di akun social medianya.
- Ada juga yang agak mirip seperti di atas jenisnya, tapi akun social medianya hanya mencerminkan sekitar 25%-30% saja dari fakta dirinya di dunia nyata. Hanya sedikit tergambar, tapi ternyata banyak sekitar 65%-70% hal-hal di dunia nyatanya tidak tergambar di akun social medianya.
Jadi, saya pribadi berpendapat, kalau mau menilai seseorang, baiknya lihat keduanya.
- Lihat akun social media, iya.
- Lihat faktanya, iya juga.
Begitu, kesimpulannya.
- Baiknya jangan hanya lihat akun social medianya saja.
- Dan lebih bagus lagi jangan lihat fakta dirinya saja.
Karena bisa saja ada fakta di dunia nyata yang belum terlihat di dunia nyata, tapi fakta itu ‘terrekam’ di social media.
Seperti misalnya kebetulan di dunia nyata mungkin kita belum mengetahui bahwa dia suka warna tertentu, suka makan makanan tertentu, (sedikit/banyak, minimal minat) bisa bahasa tertentu, berasal dari daerah tertentu; tetapi di social media ternyata fakta tersebut bisa kita ketahui.
Saya memilih untuk tidak menggeneralisir “Pokoknya lihat social medianya saja!”, atau “Pokoknya lihat di dunia nyata saja!”.
Karena memang faktanya ada banyak macam-macam orang, sebagaimana yang saya sebutkan di point awal-awal paragraf sebelumnya.
Btw, ini pembahasan buat apa…?
Yah buat apa aja sih, macem-macem..
- Menilai seorang tokoh atau aktivis. Termasuk tokoh politik. Pejabat maupun calon pejabat.
- Menilai calon jodoh
- Menilai teman
- Menilai calon pegawai
- Menilai calon partner tim
- Meriset behavior target suatu market
- Dan sebagainya
Terserah Anda, asal memang itu penting.
Tapi jangan disalahgunakan yaa. Jangan buat suudzon, ghibah, dan sebagainya.
Jangan juga sekadar kepo tanpa kepentingan. Buang-buang waktu jadinya.
Well, that’s it.
Kalau Anda rasa pendapat saya ini bagus, silahkan boleh Anda ikuti. Kalau tidak mau, tidak apa-apa. Barangkali Anda ada pendapat lain? Boleh Anda parparkan di kotak komentar. Bisa aja ternyata lebih mencerahkan.
The post Menilai Seseorang dari Akun Social Medianya? appeared first on TeknikHidup.com.
from WordPress https://ift.tt/2HDIe15
via IFTTT
0 Komentar