Syukurilah Keberadaan Sang Istri, Walau Terdapat Kekurangan pada Dirinya

InsyaAllah hubungan suami-istri akan senantiasa langgeng, apabila keduanya mengikuti apa-apa yang telah Allah perintahkan, khususnya terkait syariat seputar kehidupan suami-istri.

Allah Swt telah menetapkan kaedah-kaedah bagi kehidupan suami-istri yang jika suami-istri berpegang teguh kepadanya maka mustahil syaithan bisa berkeliaran merusak keluarga yang mendirikan kehidupannya di atas kaedah-kaedah Islam.

Bisa jadi, faktor terbesar yang menghancurkan kehidupan suami-istri adalah tidak adanya pamahaman laki-laki terhadap tabiat perempuan dan sejauh mana perbedaannya dengan tabiat laki-laki.

Rasulullah Saw menjelaskan aib-aib perempuan sehingga menjadi jelas hakikat perempuan bagi laki-laki. Laki-laki bisa mengetahuinya dan berikutnya berhati-hati terhadapnya. Rasul saw bersabda:

إِنَّ الْمَرْأَةََ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ, وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا

“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.”(HR. Muslim)

 

Ini adalah deskripsi dari Nabi saw yang Allah Swt wahyukan kepada Beliau. Itu adalah deskripsi yang benar, tetap dan langgeng tentang perempuan.

Karena di dalam deskripsi itu terdapat penjelasan atas fakta yang menjadi dasar diciptakannya perempuan. Allah Swt menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki yang paling bengkok yaitu tulang rusuk yang paling atas. Itu bukan berarti kebengkokan dalam bentuk, tulang, atau anggota tubuh. Perempuan adalah simbol kesempurnaan dalam penciptaan dan alamat kecantikan dunia. Ujian paling utama di dalam kehidupan yang mengalirkan kebahagiaan, kesenangan, dan ketenangan di antara manusia.

Untuk itu, perempuan adalah ibu yang Allah Swt bentuk di dalam dirinya kesabar, kelembutan, dan kasih sayang. Yang membuat perempuan mampu menggendong anak-anak, mengasuh, dan menumbujkan mereka. Tanpa berat hati dan keluh kesah, meski banyak merasakan kelelahan.

Akan tetapi kebengkokan dalam diri perempuan itu adalah dalam watak/karakternya, dalam akhlak, dan caranya memahami masalah. Kebengkokan itu meski bersifat alami, namun Allah Swt dan Rasul-Nya telah menetapkan solusinya. Solusinya adalah solusi atas segala masalah di dalam kehidupan yaitu keimanan. Keimanan di dalam Islam mewajibkan untuk beraktivitas sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah Swt dan Rasul-Nya. Itu mengharuskan penerimaan mutlak dan keterikatan terhadap hukum Allah Swt.

Di antara hukum Allah Swt yang mendasar dalam hal kehidupan suami-istri adalah kewajiban atas perempuan untuk taat kepada suaminya. Ketaatan istri kepada suami telah diwajibkan oleh Allah Swt sebagaimana Allah Swt menetapkan pahala mati syahid atau kemenagangan di dalam jihad seperti pahala istri yang taat kepada suaminya.

Hanya saja, jihad itu fardhu kifayah hingga tercapai kecukupan di dalam meraih kemenangan, artinya fardhu bagi orang yang mampu melakukan aktivitas itu. Sementara, ketaatan istri kepada suami adalah fardhu ain atas setiap istri selama terdapat ikatan perkawinan antara dia dengan suaminya.

Adapun kenapa keimanan akan menyelesaikan kebengkokan alami dalam diri perempuan, yang kadang kala itu berupa kebengkokan dalam memahami perkara-perkara, atau kebengkokan dalam sebab-sebab kecenderungan emosional.

Hal itu karena keimanan mengharuskan kepada manusia laki-laki maupun perempuan untuk memahami perkara sesuai dengan realitanya. Menerima atau menolaknya berdasarkan sejauh mana kesesuaian dan penyimpangannya terhadap hukum syara’. Demikian juga berkaitan dengan kecenderungan.

  • Apa yang sesuai dengan syara’ disukai oleh seorang muslim dan sebaliknya apa yang menyalahi syara’ tidak akan dia sukai.
  • Apa yang dipuji oleh syara’ maka ia nilai terpuji, dan apa yang dicela oleh syara’ ia nilai tercela.

Keimanan saja seharusnya sudah mencukupi untuk menghilangkan bahaya kebengkokan dalam diri perempuan. Namun, di dalam penciptaan jiwa manusia terdapat kemungkinan untuk menyimpang sekalipun disertai adanya keimanan. Sab Rasul saw:

… فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ…

“…Maka jika engkau merasa senang dengannya, niscaya engkau bisa merasakan kesenangan dengannya meski di dalam dirinya ada kebengkokan…”

Sabda Rasul saw tersebut sebagai pesan kepada laki-laki untuk memperlakukan kebengkokan dalam diri perempuan dengan lembut sehingga ia bisa meraih kerunia merasakan kesenangan dari perempuan itu.

Merasakan kesenangan (istimta’) di sini bukan hanya hubungan persetubuhan saja, akan tetapi juga mencakup ketenteraman, dan hubungan persetubuhan adalah bagian darinya. Istimta‘ ada dalam persahabatan, pergaulan maupun pertemanan dalam semua kondisi dan keterikatannya. Baik siang maupun malam, kondisi sehat maupun sakit, kaya ataupun miskin, kondisi stabil atau terguncang dan sedang sukses maupun gagal.

Artinya, dalam semua kondisi yang dituntut oleh kehidupan, seorang mukmin bisa beradaptasi dengannya. Menilainya sebagai kondisi kehidupan yang memungkinkannya merasakan kesenangan dengan berbagai kenikmatan Allah Swt yang tak terhitung dan diantaranya adalah istri yang jika ia perintah akan manaatinya.

Ini jika kebengkokan itu termasuk yang masih bisa dilakukan langkah-langkah untuk mengatasinya. Masih mungkin untuk dihindari dan tidak perlu berbenturan dengannya. Akan tetapi iblis yang terlaknat dan syaithan yang terkutuk selalu mengintai dari kebengkokan yang paling kecil sekalipun untuk diperbesar sehingga ia bisa meniupkan racunnya.  Dalam perjualanan waktu, iblis dan syaithan berhasil mengubahnya menjadi masalah suami-istri yang masih bisa diatasi dan dengannya ia bisa tetap hidup tenang.

Hal ini seperti kondisi kehidupan yang keruh/kisruh tetapi tidak sampai menyebabkan hancurnya perkawinan. Atau menjadi masalah suami-istri yang membuatnya tidak bisa lagi hidup bersama istrinya seperti nusyuz. Melakukan perbuatan keji dan melakukan kemaksiatan yang jelas yaitu berkata lancang dan memperlihatakan kekurangajaran dalam ucapan dan perbuatan tersebut.

Tempat berlindung hanya kepada Allah Swt. Itu adalah kondisi dimana syaithan dan para begundalnya telah menancapkan kukunya dengan sempurna terhadap perempuan yang miskin itu.

Seiring dengan kebengkokan perempuan itu, Allah Swt telah memerintahkan untuk mempergauli mereka dengan baik dan makruf. Rasulullah Saw juga memerintahkan untuk memperlakukan mereka secara baik dan penuh kesabaran. Untuk semua itu, diberikan pahala yang besar kepada laki-laki. Rasul Saw bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya” (HR. Tirmidszi)

Rasul Saw juga bersabda:

خَيْرُكُمْخَيْرُكُمْلِأَهْلِهِوَأَنَاخَيْرُكُمْلِأَهْلِي

Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Rasul saw pada saat haji wada’, Beliau berpesan kepada para laki-laki mukmin untuk berbuat baik kepada para perempuan. Beliau bersabda:

ألا وَاسْتَوصُوا بالنِّساءِ خَيْراً ، فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٍ عِنْدَكُمْ لَيْسَ تَمْلِكُونَ مِنْهُنَّ شَيْئاً غَيْرَ ذلِكَ إلاَّ أنْ يَأتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ، فَإنْ فَعَلْنَ فَاهْجُرُوهُنَّ في المَضَاجِع ، وَاضْرِبُوهُنَّ ضَرباً غَيْرَ مُبَرِّحٍ ، فإنْ أطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيهنَّ سَبيلاً

“Ingatlah, berikan kepada kaum wanita nasehat yang lembut karena mereka tidak lain adalah tawanan ( di bawah kekuasaan) di sisi kalian. Tidak ada hak bagi kalian memberikan hukuman sedikitpun, selain bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Bila mereka melakukannya, maka pisahkan mereka dari tempat tidur, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Bila mereka sudah mentaati kalian maka janganlah mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” (HR Tirmidzi)

Dan dari Muawiyah bin Haidah, ia berkata:

قلت: يا رسول الله! ما حقُّ زوجة أحدِنا عليه؟ قال: أن تُطعِمَها إِذا طَعِمْت، وتَكْسُوَها إِذا اكتسيت، ولا تضربَ الوجه، ولا تُقَبِّحَ، ولا تهجرَ إِلا في البيت

“Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, apa saja hak istri yang wajib kami tunaikan?’. Beliau bersabda: ‘engkau beri ia makan jika engkau makan, engkau beri ia pakaian jika engkau berpakaian, dan jangan engkau memukul wajahnya, jangan mencelanya, dan jangan memboikotnya kecuali di rumah.’” (HR. Abu Daud)

Sumber: A. Badarani, Syaikh Yusuf. 2014. Tuntunan Kehidupan Suami-Istri. Bogor: Al-Azhar Freshzone Publishing.

The post Syukurilah Keberadaan Sang Istri, Walau Terdapat Kekurangan pada Dirinya appeared first on TeknikHidup.com.



from WordPress http://ift.tt/2j3BJvm
via IFTTT




Posting Komentar

0 Komentar