Ajaran Islam Harus Disesuaikan dengan Budaya & Zaman?

 Benar kah Islam harus disesuaikan dengan budaya dan zaman?


Gue ngerti kok urgensi dari penyesuaian-penyuasain gitu, spirit agar tetep relevan itu gue ngerti banget.

Kita butuh teknologi demi efisiensi waktu, maka ke luar kota misal naik kereta api, nggak naik kuda.

Seorang pria yang berempati dan bersimpati pakai kemeja batik di sebuah acara, nggak pakai gamis koko, agar meningkatkan engagement kita dengan orang lain.

Tapi tetep aja kan, ada hal-hal tertentu yang udah jelas qath'i wajib dan dan qath'i haram, itu nggak bisa diubah-ubah.

Sholat subuh itu wajib, sholat dzuhur itu wajib; nggak bisa ditinggalkan demi alasan meningkatkan produktivitas.

Menggunakan jilbab itu wajib bagi muslimah baligh di tempat publik. Seluruh ulama mu'tabar sepakat aurat itu wajib ditutup. Tidak ada satu pun yang mengatakan misalnya rambut wanita itu boleh dilihat oleh laki-laki yang bukan mahram. Ini qath'i wajib, nggak bisa diubah menjadi sunnah/mubah/makruh/haram.

Kalau masalah kayak kereta api & kemeja batik tadi, itu perkara mubah, jadi bisa aja diubah ke hal lain yang mubah juga.

Tapi kalau yang wajib jadi nggak wajib, yang haram jadi nggak haram, nah ini masalah. Apalagi hal-hal yang qath'i kewajibannya, tapi kok dipaksakan harus berubah, naah ini bahaya ini.

Sumber gambar: https://brandalism.com.au/our-blog/audience-are-not-just-buyers-robert-rose/





Posting Komentar

0 Komentar